(Telaah Terhadap Al-Qur’an Surat Al-Fath Ayat 29)
A. PENDAHULUAN
Kontribusi pendidikan bagi pembentukan corak dan kualitas masa depan umat manusia tidaklah dapat dipungkiri, apalagi dinafikan. Pendidikan hingga hari ini, tetap diyakini sebagai wahana starategis untuk: 1) Membuka wawasan dan memberikan informasi yang paling berharga mengenai makna dan tujuan hidup serta norma-norma yang harus dipeganginya, 2) Membantu peserta didik dalam mempersiapkan berbagai kebutuhan yang essensial untuk menghadapi tantangan perubahan-perubahan di masa depan, dan 3) Menciptakan keseluruhan visi kehidupan individu, masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, adalah merupakan hal yang wajar, bahkan merupakan suatu keharusan apabila Islam sebagai sistem ajaran yang komprehensif, sangat mengedepankan bidang pendidikan dalam kancah pergumulan dakwahnya. Karakteristik penonjolannya setidaknya terlihat jelas pada apresiasi Islam yang sangat tinggi terhadap ilmu pengetahuan, sebagai inti dan simbol pendidikan, dan kepada mereka yang mencari dan menggelutinya, ulama! dan ilmuan. Ilmu pengetahuan bagi manuasia merupakan suatu hal yang penting untuk kelanjutan eksistensinya dan untuk mempertahankan hidupnya. Manusia berpacu dengan waktu atau masa dan waktu itu ditentukan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu Alloh SWT membekali manusia dengan ilmu pengetahuan agar dapat mengatur dan mengolah bumi untuk kepentingan seluruh umat manusia. Ilmu pengetahuan itu dijadikan sebagai salah satu modal dasar untuk mengolah sumber daya alam, agar manusia dapat lebih mengembangkan potensinya dalam mengenal dan mengabdikan dirinya kepada Alloh SWT. Seperti yang dikemukakan diatas, tujuan yang ingin dicapai oleh al-Qur’an adalah membina manusia guna mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Alloh dan khalifah-Nya. Manusia yang dibina adalah makhluk yang memiliki unsur-unsur material (jasmani) dan imaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu. Pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan keterampilan. Dengan penggabungan unsur-unsur tersebut, terciptalan makhluk dwidimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akherat, ilmu dan iman.
B. LANDASAN TEORI
1. Tujuan Pendidikan Islam
Membahas masalah pendidikan tidak akan terlepas dari pengertian pendidikan secara umum sehingga akan diperoleh batasan-batasan pengertian pedidikan Islam secara lebih jelas. Menurut Hasan Langgulung, pengertian pendidikan itu dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari sudut pandangan masyarakat dan dari segi pandangan individu. Masyarakat memandang pendidikan sebagai pewarisan kebudayaan atau nilai-nilai budaya baik yang bersifat intelektual, ketrampilan, keahlian dari generasi tua kepada generasi muda agar masyarakat tersebut dapat memelihara kelangsungan hidupnya atau tetap memelihara kepribadiannya. Dari segi pandangan individu pendidikan berarti upaya pengembangan potensi-potensi yang dimiliki individu yang masih terpendam agar dapat teraktualisasi secara konkrit, sehingga hasilnyadapat dinikmati oleh individu dan masyarakat.
Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung didefinisikan sebagai: “ suatu proses spiritual, akhlak, intelektual, dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai, prinsip-prinsip dan teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan mempersiapkan kehidupan dunia dan akherat.
Pada prinsipnya tujuan pendidikan Islam haruslah selaras dengan tujuan risalah Islam, sejalan dengan tujuan syari’at Islam. Karena itu tujuan pendidikan Islam harus bersifat universal dan selalu aktual dengan segala zaman, sebagaimana selalu aktualnya ajaran Islam, sehingga tujuan syari’at Islam yang hendak mewujudkan rahmatan li al-alamin benar-benar dapat direalisasikan.
Konsep pendidikan Islam pada dasarnya berusaha mewujudkan manusia yang baik atau manusia universal (insan kamil) yakni sesuai dengan fungsi diciptakannya manusia dimana ia membawa dua misi, yaitu: pertama sebagai ‘abdulloh (hamba Alloh) dan kedua, khalifatulloh fil ardl (wakil Alloh di muka bumi).
Menurut Quraish Shihab bahwa tujuan pendidikan Islam (al-Qur’an) adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Alloh dan dan kholifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Alloh, atau dengan kata lain lebih singkat dan sering digunakan oleh al-Qur’an, “ untuk bertaqwa kepada-Nya”.
Lebih lanjut tentang tujuan pendidikan Islam dapat dikelompokan menjadi tiga aspek, yaitu:
Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung didefinisikan sebagai: “ suatu proses spiritual, akhlak, intelektual, dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai, prinsip-prinsip dan teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan mempersiapkan kehidupan dunia dan akherat.
Pada prinsipnya tujuan pendidikan Islam haruslah selaras dengan tujuan risalah Islam, sejalan dengan tujuan syari’at Islam. Karena itu tujuan pendidikan Islam harus bersifat universal dan selalu aktual dengan segala zaman, sebagaimana selalu aktualnya ajaran Islam, sehingga tujuan syari’at Islam yang hendak mewujudkan rahmatan li al-alamin benar-benar dapat direalisasikan.
Konsep pendidikan Islam pada dasarnya berusaha mewujudkan manusia yang baik atau manusia universal (insan kamil) yakni sesuai dengan fungsi diciptakannya manusia dimana ia membawa dua misi, yaitu: pertama sebagai ‘abdulloh (hamba Alloh) dan kedua, khalifatulloh fil ardl (wakil Alloh di muka bumi).
Menurut Quraish Shihab bahwa tujuan pendidikan Islam (al-Qur’an) adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Alloh dan dan kholifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Alloh, atau dengan kata lain lebih singkat dan sering digunakan oleh al-Qur’an, “ untuk bertaqwa kepada-Nya”.
Lebih lanjut tentang tujuan pendidikan Islam dapat dikelompokan menjadi tiga aspek, yaitu:
a. Menjadi Hamba Alloh yang Bertaqwa
Seperti yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Hujuraat ayat 13 yang artinya:
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. Dalam pengertian taqwa, terkandung pula pengendalian diri manusia akan dorongan dan emosinya, penguasaan atau atas kecendrungan dan hawa nafsunya. Selain itu pengertian taqwa juga terkandung perintah kepada manusia agar dalam segala tindakannya ia berlaku adil, benar, dapat dipercaya, bergaul baik dengan orang lain dan menghidari permusuhan dan kedzaliman. Ketaqwaan dalam pengertian yang demikian ini akan menjadi tenaga pengarah bagi manusia kearah tingkah laku yang lebih baik.
b. Mengantarkan Anak Didik Menjadi Kholifah
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. Dalam pengertian taqwa, terkandung pula pengendalian diri manusia akan dorongan dan emosinya, penguasaan atau atas kecendrungan dan hawa nafsunya. Selain itu pengertian taqwa juga terkandung perintah kepada manusia agar dalam segala tindakannya ia berlaku adil, benar, dapat dipercaya, bergaul baik dengan orang lain dan menghidari permusuhan dan kedzaliman. Ketaqwaan dalam pengertian yang demikian ini akan menjadi tenaga pengarah bagi manusia kearah tingkah laku yang lebih baik.
b. Mengantarkan Anak Didik Menjadi Kholifah
Dalam al-Qur’an manusia menempati kedudukan yang istimewa di dunia ini. Ia adalah kholifah diatas bumu ini. Seperti firman Alloh Q.S al-Baqoroh ayat 30. Manusia diangkat oleh Alloh dapat memegang tanggung jawab sebagai kholifah kalau ia dilengkapi dengan potensi. Manusia sebagai kholifah di muka bumi, pada dasarnya mengemban amanat Alloh yang diberikan kepadanya yaitu berupa kesanggupan mengembangkan sifat Tuhan, dan kesanggupan manusia untuk memanfaatkan dan mengatur sumber-sumber yang ada di bumi. Peran pendidikan dalam hal ini adalah membina individu yang akan bertindak sebagai kholifah, sehingga ia akan mampu melaksanakan amanat yang diberikan oleh Alloh kepadanya.
c. Memperoleh Kebahagiaan Dunia dan Akherat
Sebagaimana dijelaskan pada uraian terdahulu, bahwa pendidikan dalam Islam bertujuan untuk mengabdikan diri kepada Alloh. Menyembah tidak terbatas pada pelaksanaan fisik dari ritual agama semata melainkan mencakup seluruh aspek aktivitas: iman, pikiran dan pekerjaan. Ibadah dalam pendidikan adalah sarana mengaktualisasikan diri untuk memperoleh derajat taqwa, yang pada akhirnya dengan taqwa itu dapat diraih kebahagian dunia dan akherat. Al-Ghazali menganjurkan kepada masyarakat muslim untuk berusaha dan bekerja bagi kehidupan dunia da akherat tanpa meremehkan salah satu darinya dan beliau berharap pendidikan bagi masyarakat muslim tidak terbatas bagi kehidupan dunia atau akherat semata akan tetapi harus mencakup kebahagiaan dunia dan akherat.
C. KANDUNGAN AYAT
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (29)
Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. 48:29)
Pada ayat ini Allah menjelaskan sifat dan sikap Nabi Muhammad SAW beserta pengikut-pengikut beliau. Allah berfirman: Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang diutusnya membawa rahmat bagi seluruh alam dan orang-orang yang bersama dengannya yakni sahabat-sahabat Nabi serta pengikut-pengikut setia beliau adalah orang-orang yang bersikap keras yakni tegas tidak berbasa-basi yang mengorbankan akidahnya terhadap orang-orang kafir. Walau mereka memiliki sikap tegas itu namun mereka berkasih sayang antar sesama mereka. Mereka juga ruku’ dan sujud dengan tulus ikhlas karena Allah, senantiasa mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya yang agung.. demikian itulah sifat-sifat yang agung dan luhur serta tinggi. Demikian itulah keadaan orang mukmin pengikut Nabi Muhammad SAW. Allah menjanjikan untuk orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh di antara mereka yang bersama Nabi serta siapapun yang mengikuti cara hidup mereka dapat mencapai kesempurnaan atau luput dari kes! alahan atau dosa. Kalimat asyidda’u ‘ala al-kuffar sering kali dijadikan oleh sementara orang sebagai bukti keharusan bersikap keras terhadap non muslim. Kalaupun dipahami sebagai sikap keras, maka itu dalam konteks peperangan dan penegakan sanksi hukum yang dibenarkan agama. Ini serupa dengan firman-Nya:
وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ
وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ
Artinya: Dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akherat …..” (QS. 24:2).
Dari hal diatas dapat kita ketahui makna yang terkandung dari ayat diatas sebagai berikut: 1) Mewujudkan rasa hormat dan rasa kasih sayang sesama manusia. 2) Mewujudkan seorang hamba yang ahli sujud dan taubat. 3) Mewujudkan manusia yang selalu menyenangkan orang lain.
Dari sini maka dapat dijelaskan bahwa pendidikan yang kita selenggarakan harus dapat mengantarkan peserta didik menjadi seorang mukmin yang tegas dalam membela kebenaran Islam. Tidak justru sebaliknya senantiasa membela kepentingan orang-orang kafir. Seperti ditunjukkan oleh sebgian umat Islam akhir-akhir ini. Jika hal itu terjadi maka tujuan pendidikan Islam justru belum tercapai.
D. ANALISIS
Dari hal diatas dapat kita ketahui makna yang terkandung dari ayat diatas sebagai berikut: 1) Mewujudkan rasa hormat dan rasa kasih sayang sesama manusia. 2) Mewujudkan seorang hamba yang ahli sujud dan taubat. 3) Mewujudkan manusia yang selalu menyenangkan orang lain.
Dari sini maka dapat dijelaskan bahwa pendidikan yang kita selenggarakan harus dapat mengantarkan peserta didik menjadi seorang mukmin yang tegas dalam membela kebenaran Islam. Tidak justru sebaliknya senantiasa membela kepentingan orang-orang kafir. Seperti ditunjukkan oleh sebgian umat Islam akhir-akhir ini. Jika hal itu terjadi maka tujuan pendidikan Islam justru belum tercapai.
D. ANALISIS
Menetapkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.
E. PENUTUP
Dari pembahasan diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pendidikan islam pada intinya adalah : Terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah SWT. Dan mengantarkan anak didik menjadi kholifah di bumi guna mencapai kebahagian dunia dan akherat.
Demikianlah makalah ini penulis sampaikan, dengan segala keterbatasan tentunya jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kepada kawan-kawan untuk sharing dalam masalah ini. Wallahu ’a’lam bish showab
Demikianlah makalah ini penulis sampaikan, dengan segala keterbatasan tentunya jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kepada kawan-kawan untuk sharing dalam masalah ini. Wallahu ’a’lam bish showab
DAFTAR PUSTAKA
Ø Abdul Kholik,Abdul Mukti,dkk. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Tokoh Islam dan Klasik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999.Ø
Ø Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Mizan, Bandung, 1998.Ø Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1993.Ø
Ø Abdurrahman Mas’ud, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2001Ø
Ø Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Bumi Aksara, Jakarta, 1991Ø
Ø Tim Penyusun , Alquran Dan Tarjamah, Jakarta Pelita IV,1985.Ø
Tidak ada komentar:
Posting Komentar